# Sehabis pergi dan lagi masukin motor kedalam teras.
" Mba, ojo lungo-lungo...ngko aku pak mene ow ".
" Iyo cik, beres ". jawabku sepintas lalu sambil mengunci motor.
Tak berapa lama kemudian tacik tergopoh-gopoh mendatangiku.
" Iki mba, nggo sampeyan " kata tacik sembari menyodorkan kardus putih.
" Hehehe, opo ki cik kok pijar repot-repot " jawabku basa-basi.
" Wes oww, aku njaluk maaf lahir batin " sembari menarik tanganku mengajak jabat tangan.
Aku tersenyum dan mengangguk. Mengucapkan terima kasih atas pemberian tacik.
Sampai didalam, kardus putih tadi kuserahkan pada ibuk. Langsung dibuka. Akupun ikut mengamati (penasaran).
Ibuk : " Sopo sing nge'i ?"
Aku : " Kae sih mah, tacik sebelah omah "
Ibuk : " Iyo kie tacik kan tahun barunan "
Dan sayapun nganga, dengar omongan ibuk barusan. Hee, iya yah ini kan tahun baru cina atau biasa disebut imlek.
Tiga dari empat tetangga sebelah rumah, non muslim. Tapi nih yaa, selama tinggal di komplek perumahan ini para tetangga memiliki rasa toleran yang bagus. Saat lebaran, misalnya. Keluarga kami sengaja masak agak banyak dan membagikan kepada tetangga dekat tanpa memilih muslim maupun non muslim. Begitu juga ketika natal tiba. Bagi tetangga yang merayakannya, sengaja memberikan makanan ringan untuk kami. Dan tradisi demikian sudah berlangsung bertahun-tahun lamanya.
Seperti hari ini, ketika imlek tiba. Tacik mengirimkan sekotak roti bolu untuk kami sekeluarga. Perasaan nih yaa, sembari mengingat-ingat setahun yang tacik ngasih kue keranjang deh. Ciri khas makanan imlek. Halah. Apapun makanannya, tetap senyum dan syukur. Alhamdulillah, meskipun kita berbeda tapi tetap bisa hidup berdampingan dengan rukun. Damai.
" Iyo cik, beres ". jawabku sepintas lalu sambil mengunci motor.
Tak berapa lama kemudian tacik tergopoh-gopoh mendatangiku.
" Iki mba, nggo sampeyan " kata tacik sembari menyodorkan kardus putih.
" Hehehe, opo ki cik kok pijar repot-repot " jawabku basa-basi.
" Wes oww, aku njaluk maaf lahir batin " sembari menarik tanganku mengajak jabat tangan.
Aku tersenyum dan mengangguk. Mengucapkan terima kasih atas pemberian tacik.
Sampai didalam, kardus putih tadi kuserahkan pada ibuk. Langsung dibuka. Akupun ikut mengamati (penasaran).
Ibuk : " Sopo sing nge'i ?"
Aku : " Kae sih mah, tacik sebelah omah "
Ibuk : " Iyo kie tacik kan tahun barunan "
Dan sayapun nganga, dengar omongan ibuk barusan. Hee, iya yah ini kan tahun baru cina atau biasa disebut imlek.
Tiga dari empat tetangga sebelah rumah, non muslim. Tapi nih yaa, selama tinggal di komplek perumahan ini para tetangga memiliki rasa toleran yang bagus. Saat lebaran, misalnya. Keluarga kami sengaja masak agak banyak dan membagikan kepada tetangga dekat tanpa memilih muslim maupun non muslim. Begitu juga ketika natal tiba. Bagi tetangga yang merayakannya, sengaja memberikan makanan ringan untuk kami. Dan tradisi demikian sudah berlangsung bertahun-tahun lamanya.
Seperti hari ini, ketika imlek tiba. Tacik mengirimkan sekotak roti bolu untuk kami sekeluarga. Perasaan nih yaa, sembari mengingat-ingat setahun yang tacik ngasih kue keranjang deh. Ciri khas makanan imlek. Halah. Apapun makanannya, tetap senyum dan syukur. Alhamdulillah, meskipun kita berbeda tapi tetap bisa hidup berdampingan dengan rukun. Damai.
Kalau membaca artikel ini saya jadi teringat kawan kosan saya dulu yang kebetulan non muslim. Setiap bulan ramadhan, kawan saya yang non muslim ini sering mengingatkan kami untuk makan sahur Dia ketok pintu kami satu satu sekedar mengingatkan sudah masuk waktu sahur. Salut salutttttttttttt
BalasHapusperbedaan keyakinan bukan segalanya yang penting kita tetap mengasihi sesama dan saling menyayangi satu sama yang lainnya ..
BalasHapusWileujeng Enjing Mbak Cii, sarapan pagi sambil baca artikele Mbak Cii e.
BalasHapusWis Mbak e Aku wis melek Imlek yo Mbak? di daerah saya gak ada yang ngeraya in
malam imlek saya malah melekan sampe jam 2 malam menservis 2 PC yang udah kotor ketempel debu, nggak bisa ditunda karena paginya harus dipakai lagi.
BalasHapusWaktu di Pontianak, saya juga pernah tinggal 5 tahun di kawasan pecinan dan tahun baru imlek suasananya jan mirip tenan dengan bodo idul fitri, makan makan, baju baru, angpao saling mengunjungi dan hantaran. Dan karena saya ternasuk segelintir muslim di kawasan itu, selalu kebanjiran kue bulan tiap tahunnya
cik-cik bagi dong ci :D
BalasHapusmampir dong Cemcuru pada blog Tetangga
Yang pasti mbak adalah kerukunan tetangga itu lebih utama..sebab kalau di kota jarang sekali kan bahasanya loe gue beda
BalasHapusDpn rumahku jg imlek mbk...ensk nih bolunya..lmpar ke siaklah ;)
BalasHapushidup bertetangga... rukun. asik asik .
BalasHapusWah bagi bagi donk kue nya mbak. Saya belum pernah dapat kue imlek dan angpao.. Hehehehe
BalasHapusBerarti kita senasib, mas. soalnya di tempat saya tidak ada yg merayakan imlek
Hapusmeskipun kita berbeda tapi tetap bisa hidup berdampingan dengan rukun. Damai.
BalasHapusAmiinnn ...
Adem rasanya ya
Salam saya
mempunyai lingkungan tempat tinggal yang nyaman dan damai enak ya Mbak Cii...
BalasHapuskalau imlek, jadi pingin ke rumah oma di madiun...biasanya kami sekeluarga makan kue ranjang...
wah, senangnya saling berbagi. memang menyenangkan ya kalau perbedaan gak jadi halangan, tapi malah memperkaya :)
BalasHapusalhamdulillah, sungguh tolerasi beragama yang patut dicontoh, di saat di tempat lain, toleransi semacam ini sudah mulai menghilang, berganti dengan kebencian....
BalasHapuskeep happy blogging always..salam dari makassar :-)
Damai dan rukun itu memang indah :)
BalasHapusNggak dapat angpao Nduk ?
BalasHapusPasti kue yang manis2 ya
Salam hangat dari Surabaya
Jadi keingat sahabat SMA ku juga, keturunan tionghoa.. Kalo imlek, kami berlima bersahabat (2 orang beragama islam, 2orang kristen protestan, 1orang tionghoa ini sudah) ditanya mau cake apa.. Jadi pas imlek, kita datang ke rumah dia menikmati cake coklatnya.. Uenak sekali, indahnya perbedaan :)
BalasHapussepintas kayak batu bata bu.. hehe.. saya juga pernah waktu imlek diberi teman saya semacam jenang lengket banget.. saya lupa namanya
BalasHapusIndahnya bila kita bisa hidup rukun bersama tetangga, ada rasa saling menghormati dan bertoleransi yang sewajarnya. Mungkin ini yang di katakan perbedaan itu merupakan rahmat ya Mba ? he,, he,, he,,,
BalasHapusSalam
indahnya persaudaraan lintas batas ya mbak.
BalasHapuseh banjirnya sudah surut mbak ?
kue keranjangnya gak sekalian ya mbak :)
BalasHapusnyam-nyam... berbagi memang tak akan merugi... :)
BalasHapusjadi...sebelom imlek masih merem ya...;o)
BalasHapusselamat melek, hati hati ada beleknya
kok rak tekan..sekull...yoooo
BalasHapusitu yang keren mbak cii..bhineka tunggal ika berlaku banget.....
BalasHapusToleransi yang indah ya Jeng Yuni. Salam hangat
BalasHapuskalau melekan rame2 sama tetangga, sambil bakar ikan...hemmm yummy..bakalan betah deh saya.
BalasHapusizin nyimak ya :)
BalasHapusApapun suku dan agamanya kita tetap SATU INDONESIA.
BalasHapusNjaluk roti bolune buk. hihihi
wah sudah lama kak blog nya nggak update lagi. Lagi sibuk di dunia offline kayaknya ya :)
BalasHapussalam kenal ni pendatang baru, oya jangan sering-sering melek ya :D
BalasHapusKue nya enak sekali tu mbak, oya terima kasih telah berbagi tips artikelnya semoga bermanfaat.
BalasHapusSalam kenal, oya saya bisa ndak minta rekomondasi untuk menjadi publisher idblognetwork ngak, terima kasih
BalasHapusBegadang jangan begadang kalo gitu lagunya... salam dari Pulau Dollar
BalasHapus