Melewati Kawasan Budaya Jetayu atau Jetayu Heritage, seakan-akan
kembali ke masa silam. Deretan bangunan kuno peninggalan Belanda masih
bisa dinikmati. Ada gedung eks karisidenan Pekalongan, gedung kantor pos
dengan nuansa orangenya serta GKI yang menjulang tinggi. Sejenak
menatap salah satu bangunan lama yang menghadap kearah barat
berseberangan dengan lapangan jetayu dengan ikon tulisan B-A-T-I-K yang
selalu menarik untuk dikunjungi.
Siang itu, saya memarkir kendaraan di halaman depan Museum Batik Pekalongan. Menurut sejarahnya, dahulu bangunan museum ini digunakan sebagai kantor
administrasi keuangan pabrik gula yang kemudian beralih menjadi balai
kota. Museum batik sendiri diresmikan pada tahun 2006 dimana tersimpan
berbagai koleksi batik dari jaman baheula hingga batik modern seperti
sekarang ini dan memiliki tiga ruang pamer, ruang audio visual, perpustakaan, ruang workshop, kedai souvenir dan cafe.
|
selamat datang |
Berbekal HTM seharga lima ribu rupiah, saya pun memasuki ruangan dan mengisi buku tamu yang telah disediakan oleh resepsionis. Nuansa bangunan kuno masih terasa begitu kental terlihat dari ornamen-ornamen yang menghiasi gedung. Mulai dari lampu-lampu gantung dan foto-foto kuno para pembatik pekalongan yang dipajang di tembok sepanjang selasar. Cukupkah dengan hanya mengagumi ornamennya?! tentu saja tidak karena di area ini sering dipakai untuk photoshoot baik untuk selfie, prewed maupun untuk foto bersama.
Memasuki ruang pamer 1, kita akan disuguhi oleh berbagai peralatan dan bahan-bahan yang digunakan membatik. Display canting tulis sangatlah komplit, dari mulai canting dengan ukuran kecil sampai yang paling besar begitu juga dengan lilin atau malam yang dipakai dalam proses pewarnaan berbagai jenisnya. Selain itu, diruang ini juga menyimpan koleksi batik khas pesisir seperti batik Pekalongan, Cirebon, Batang, dan lain-lain.
|
ruang pamer 1 | | | | |
|
|
|
batik tulis dewi lanjar |
|
|
| |
motif jlamprang khas pekalongan |
|
|
Berlanjut ke ruang pamer berikutnya, ada apa saja disana?!
Di ruang ini menyimpan berbagai koleksi batik nusantara yang berasal dari berbagai daerah diantaranya Kalimantan, Banten, bahkan Papua. Tak cukup hanya dengan melihat keindahan batik, sesekali saya juga menyentuh dan merasakan tekstur kainnya. Mengamati dari dekat motif-motif yang tercipta dari pembatik nusantara. Sungguh batik merupakan warisan budaya yang wajib dilestarikan.
|
ruang pamer batik nusantara |
Puas berkeliling dan menikmati suguhan keindahan berbagai macam batik diruang pameran. Saya pun beralih keruang belakang. Ada ruang workshop disana. Di ruang ini, pengunjung dapat melihat sekaligus praktek membuat batik. Harga perpaketnya cukup terjangkau berkisar duapuluh ribu rupiah sampai enampuluh ribu rupiah tergantung dari media yang akan digunakan.
|
workshop batik |
|
canting cap |
|
|
canting tulis beserta ubo rampenya |
Finally, sebelum saya dan beberapa teman pulang. Kami mendapati seorang turis asing yang berasal dari Geneva dan menyempatkan diri untuk berbincang sebentar. Beliau sangat tertarik pada budaya Indonesia. Bahkan salah seorang teman yang jago berbahasa asing aktif mengajak ngobrol beliau dan memberikan banyak masukan seputar wisata yang ada di Kota Pekalongan.
Baca Juga :
Bakti Bagi Batik Indonesiaku
|
Pak Andre, bule asal Geneva |
Jadi tunggu apalagi. Jika tertarik berkunjung ke Museum Batik Kota Pekalongan..?! Datang saja ke Jalan Jetayu No. 1 Kawasan Budaya Jetayu. Buka setiap hari dari jam
08.00 - 15.00 wib (kecuali hari besar tertentu tutup).
Tulisan ini diikutsertakan pada
Lomba Blog "Wisata dan Budaya Kota Pekalongan". Lomba ini diselenggarakan oleh Dinas Perhubungan Pariwisata dan Budaya Kota Pekalongan, Badan Promosi Pariwisata Kota Pekalongan dan PKK Kota Pekalongan.
Siiip... Museum Batik pancen Oye...
BalasHapusHm..wangi2 juara nih.... Semoga yaa...
Mbak.. Yg ngobrol itu mbak Ayi atau siapa? Mbak Cii juga aktif kan bahasa Inggrisnya?
BalasHapusHeeee . ajib nk juara 10% yo....
BalasHapusInget sama mbk ayi yg ceplas ceplos ngajak ngomong sama Mr Andre. Jago banget....
BalasHapuslho kok boleh poto2 di dalem museum sih? hahah aku ga boleh lho
BalasHapuswaahh keren ^_^
BalasHapusKoleksi batiknya beraneka ragam ya mbak? Pekalongan memang tempatnya batik, daster ibuku juga dari Pekalongan.
BalasHapus