Kasih Ibu Kepada Beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari Dunia
Sepenggal bait lagu kasih ibu, mengingatkanku pada ATHA [ mantan muridku dulu ]. Setiap kali aku tawarkan untuk menyanyi di sela-sela pembelajaran atha selalu minta dinyanyikan lagu Kasih Ibu. Masih lekat dalam ingatanku, saat pertama atha belajar mandiri, ditinggal didalam kelas tanpa ditunggui oleh mamanya. Dia menangis tersedu-sedu bahkan sampai muntah di wastafel. Yang bikin aku semakin terkesan, dia langsung berlari menuju wastafel tanpa aku suruh. Setelah selesai muntah, dia akan menyalakan kran air dengan maksud supaya muntahannya tidak mengotori wastafel.
Atha, anak itu memang luar biasa. Dengan segala kemampuan yang dia punya. Kosakata yang diungkapkan begitu beragam. Bagaimana dia tahu proses operasi jantung secara detail dengan bahasa anak-anak dia menceritakan itu saat ayahnya harus menjalani operasi karena sakit yang dia derita. Kesukaannya pada alat transportasi, dia gambarkan dalam kertas kosong berbagai bentuk alat-alat berat seperti eskafator, truk kontainer, dan lain sebagainya.
Dua tahun, masa belajar dan bermain di play group. Dari Atha yang manja hingga menjadi atha yang mandiri, penuh percaya diri dan rasa empati yang kuat. Semua tak lepas dari sosok seorang mama yang begitu menyayanginya. Atha, tumbuh menjadi anak yang cerdas. Begitu santun, ucapan 'terima kasih', 'maaf' dan 'permisi' selalu menghias bibir mungilnya tanda akan kesantunan yang selalu diajarkan oleh mamanya. Atha dan Mama, tidak bisa dipisahkan. Hubungan mereka lebih dari sekedar ibu dan anak, mereka juga bisa menjadi teman, menjadi sahabat. Sungguh unik hubungan yang terjalin diantara keduanya.
Beberapa tahun berlalu, setelah kelulusan atha di play group. Aku tidak tahu lagi kabar tentangnya, karena dia melanjutkan TK di jogja mengikuti tugas kerja ayahnya disana. Sampai suatu ketika, ada telfon dari mama atha yang mengabarkan bahwa mereka telah berpisah. Yaa, orang tua atha bercerai, dan hak asuh atha jatuh pada ayahnya. Bagaimana bisa, keduanya dipisahkan. Atha dan mama yang begitu lekat. Keduanya saling menguatkan bahkan disaat mama atha terpuruk karena sedang bermasalah dengan ayahnya. Masih dengan rasa tidak percaya, kusimak kisah mama atha yang terurai satu persatu. Tentang kesabaran, ketangguhan, kekuatan dan perjuangan seorang perempuan. Tidaklah menjadi sia-sia, kisah atha dan mama. Berawal manis, sampai badai datang menerpa hingga berakhir bahagia. Atha kembali kepangkuan mama. Empat tahun, terpisah dan bersatu kembali.
Kini, mama dan atha hidup bahagia. Kembali dari awal, saling menguatkan. Meskipun, keluarga kecil ini kurang lengkap tanpa kehadiran seorang ayah. Namun, mereka sungguh bahagia tanpa ada yang melukai dan terlukai.
Kembali, kusenandungkan kasih ibu. Bagiku itulah Lagu Rindu. Lagu yang dulu selalu kunyanyikan bersama permintaan atha kecil.
Atha dan mama, dari kalian aku belajar arti hidup dan kehidupan. Sekelumit pintaku pada Tuhan, ...Semoga kalian selalu bersama, merajut asa kehidupan panjang didepan...dan atha tetaplah menjadi anak lelaki mama yang kuat. Sekuat atha bayi yang hanya ditutupi selembar kain saat digendong menuruni kaki gunung sumbing.