Matahari begitu hangat ketika pagi hari. Pipit si burung kecil sedang asyik makan buah jambu yang lebat. Ketika sedang asyik makan, datanglah semut sahabatnya.
Kalimat per kalimat keluar dari mulut Kang Didin, Sang Pendekar Dongeng Dari Bogor dan kami para peserta Story Telling Class dibuat khusyu' olehnya. Cerita pipit dan semut yang dibawakan oleh kang didin mengalir begitu saja, sangat menarik mendengarnya dengan vokal, ekspresi tubuh dan backsound yang mengiringi.
Di penghujung liburan, kami mengikuti diklat story telling yang bertempat di kantor harian radar pekalongan. Diklat yang dijadwalkan dua hari ini, terbagi dalam dua sesi. Sesi dihari pertama full materi dan dihari kedua praktek. Ekspresi kang didin, yang emang udah lucu dari sononya acap kali membuat kami terpingkal-pingkal. Terutama pada saat, olah vokal. Dimana kami belajar menirukan beberapa vokal pendukung cerita. Ga mudah sobs, saat kami musti menirukan beberapa suara binatang dan kendaraan. Butuh teknik tertentu, supaya suara kami benar-benar mirip sama karakter aslinya minimal mendekati lah.
Jumlah peserta terbatas, sekitar tiga puluhan orang menjadi lebih efektif. Kami pun lebih fokus terhadap materi. Masing-masing peserta juga memiliki kesempatan untuk belajar teknik vokal, ekspresi dan olah tubuh yang merupakan dasar dari aktivitas mendongeng.
Hari pertama selesai, dengan membawa tugas membuat cerita yang akan dikumpulkan keesokan paginya. Dan, masih ada satu lagi tugas yang akhirnya bikin kami ga enak makan, ga nyenyak tidur, kepikiran bolos dihari kedua....blaa....blaa....beserta alasan-alasan sepele lainnya.
Dongeng in the street,...ituh pokok permasalahannya sampai-sampai kami kepikiran buat bolos. Rasa grogi, ketika kita ditodong sekaligus ditantang untuk mendongeng ditengah keramaian menjadikan alasan membolos semakin bulat. Biar begitu juga, niat baik dan pengen pinter akhirnya bisa mengalahkan perasaan itu.
Ga kebayang jadi jangan dibayangkan. Saat kami, harus mencari mangsa, kemudian merayu agar si calon mangsa mau ngikutin dan mendengarkan cerita. Beruntung, kami berburu mangsa beramai-ramai dan berhasil mengeksekusi mereka...(apaan sih...!!!).
Disinilah sebenarnya mental kami diuji. Weis, udah ga punya malu blass. Seperti yang dibilang kang didin, totalitas kalau pengen bisa jadi pendekar dongeng yang handal.
"Selamat pagi pipit. Sepertinya kau sedang asyik makan buah jambu yang manis. Sampai-sampai kau lupa tidak berbagi untukku sahabatmu." kata semut mengingatkan.
Kalimat per kalimat keluar dari mulut Kang Didin, Sang Pendekar Dongeng Dari Bogor dan kami para peserta Story Telling Class dibuat khusyu' olehnya. Cerita pipit dan semut yang dibawakan oleh kang didin mengalir begitu saja, sangat menarik mendengarnya dengan vokal, ekspresi tubuh dan backsound yang mengiringi.
Kang Didin Rohidin,..yuuk keep smile katanya ^_^ |
Jumlah peserta terbatas, sekitar tiga puluhan orang menjadi lebih efektif. Kami pun lebih fokus terhadap materi. Masing-masing peserta juga memiliki kesempatan untuk belajar teknik vokal, ekspresi dan olah tubuh yang merupakan dasar dari aktivitas mendongeng.
Hari pertama selesai, dengan membawa tugas membuat cerita yang akan dikumpulkan keesokan paginya. Dan, masih ada satu lagi tugas yang akhirnya bikin kami ga enak makan, ga nyenyak tidur, kepikiran bolos dihari kedua....blaa....blaa....beserta alasan-alasan sepele lainnya.
Selamat datang dihari kedua, pindah tempat. Dimana...?!!
Dongeng in the street,...ituh pokok permasalahannya sampai-sampai kami kepikiran buat bolos. Rasa grogi, ketika kita ditodong sekaligus ditantang untuk mendongeng ditengah keramaian menjadikan alasan membolos semakin bulat. Biar begitu juga, niat baik dan pengen pinter akhirnya bisa mengalahkan perasaan itu.
dongeng in the street |
Ga kebayang jadi jangan dibayangkan. Saat kami, harus mencari mangsa, kemudian merayu agar si calon mangsa mau ngikutin dan mendengarkan cerita. Beruntung, kami berburu mangsa beramai-ramai dan berhasil mengeksekusi mereka...(apaan sih...!!!).
Disinilah sebenarnya mental kami diuji. Weis, udah ga punya malu blass. Seperti yang dibilang kang didin, totalitas kalau pengen bisa jadi pendekar dongeng yang handal.
Finally, aksi kang didin bercerita bersama anak-anak. Sekali lagi kami dibuat terpana oleh skill kang didin dalam mendongeng. Melihat reaksi anak-anak dengan kegembiraan dan keseruannya, menjadikan mendongeng sebagai salah satu media pembelajaran yang sangat menyenangkan.